Candi Muara Takus, terletak di Kabupaten Kampar, Riau, adalah situs bersejarah yang menawan, memberikan wawasan tentang peradaban kuno yang pernah berkembang di Sumatera.
Dibangun dari batu bata merah dan batu pasir, candi ini merupakan salah satu peninggalan Buddha terbesar di Indonesia, mencerminkan kejayaan Kerajaan Melayu kuno.
Arsitekturnya yang unik dengan stupa-stupa besar yang menjulang tinggi menunjukkan pengaruh seni dan budaya dari India.
Pengunjung candi ini akan dibawa kembali ke masa lampau, melalui relief dan struktur yang rumit, sambil mengagumi keindahan dan ketenangan yang masih terjaga di area candi.
Kunjungan ke Candi Muara Takus tidak hanya menawarkan pelajaran sejarah tetapi juga kesempatan untuk menikmati keindahan arsitektural yang telah bertahan melalui berabad-abad.
Sejarah dan Asal Usul Candi Muara Takus
Candi Muara Takus, yang terletak di Riau, Indonesia, adalah sebuah misteri sejarah yang belum sepenuhnya terpecahkan. Tidak ada kepastian mengenai tahun pembangunan candi ini, dengan perkiraan yang beragam mulai dari abad ke-7 hingga ke-11.
Nama "Muara Takus" sendiri memiliki dua teori yang berbeda tentang asal-usulnya. Teori pertama mengatakan bahwa nama tersebut diambil dari anak sungai kecil bernama Takus yang berakhir di Sungai Kampar Kanan.
Teori kedua, sementara itu, menyebutkan bahwa nama tersebut berasal dari kata "muara," yang berarti tempat akhir aliran sungai.
Candi ini, dengan sejarahnya yang kaya dan berlapis, menarik bagi para peneliti dan wisatawan yang tertarik dengan peradaban kuno dan misteri sejarah yang belum terungkap.
Kata "Takus" dalam nama Candi Muara Takus disebut berasal dari bahasa Tionghoa, dimana "Ta" berarti besar, "Ku" berarti tua, dan "Se" berarti candi atau kuil.
Menurut teori kedua, nama Candi Muara Takus dapat diartikan sebagai candi besar dan tua yang terletak di muara sungai. Candi ini umumnya dianggap sebagai candi Buddha, sebuah asumsi yang didukung oleh keberadaan stupa yang merupakan simbol dari Buddha Gautama.
Namun, ada juga pendapat yang menyatakan bahwa Candi Muara Takus menggabungkan elemen arsitektur Buddha dan Hindu.
Pendapat ini didasarkan pada struktur Candi Mahligai yang mengandung unsur lingga dan yoni, simbol yang mewakili kelamin laki-laki dan perempuan dalam agama Hindu.
Kompleks Candi Muara Takus
Bangunan utama dalam kompleks ini dikenal sebagai Candi Tuo, yang memiliki dimensi 32,80 m x 21,80 m, menjadikannya struktur terbesar di kompleks tersebut.
Candi Tuo terletak di utara Candi Bungsu, dan dilengkapi dengan tangga di sisi kiri dan barat yang diperkirakan pernah dihiasi stupa.
Candi Tuo dirancang dengan 36 sisi, terbagi menjadi empat bagian utama: dua tingkat kaki, bagian tubuh, dan puncak yang saat ini telah rusak, dengan beberapa batu yang hilang.
Di samping itu, terdapat Candi Mahligai, yang berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 10,44 m x 10,60 m dan tinggi 14,30 m.
Puncak Candi Mahligai didirikan di atas pondasi berbentuk segi delapan dan memiliki 28 sisi. Alas candi ini dihiasi dengan motif teratai berganda dan bagian tengah yang menjulang.
Pada tahun 1860, terdapat patung singa dalam posisi duduk di dekat Candi Mahligai, namun saat ini patung tersebut sudah tidak ada lagi.
Bangunan berikutnya dalam kompleks ini adalah Candi Palangka, yang terletak sekitar 4 meter dari Candi Mahligai. Candi Palangka terbuat dari batu bata merah yang tidak dicetak dan merupakan candi terkecil di antara yang lain dalam kompleks ini.
Candi ini memiliki kaki berbentuk segi delapan dengan ukuran panjang 6,60 meter, lebar 5,85 meter, dan tinggi 1,45 meter.
Bangunan keempat di Candi Muara Takus dikenal sebagai Candi Bungsu, yang terletak di sebelah barat Candi Mahligai.
Strukturnya terbuat dari dua jenis batu, yaitu batu pasir dan batu bata. Candi Bungsu berbentuk persegi panjang dengan ukuran 7,50 meter x 16,28 meter dan tinggi mencapai 6,20 meter.
Selain keempat bangunan tersebut, terdapat juga sebuah gundukan tanah dengan dua lobang dekat gerbang Candi Tuo.
Tempat ini dipercaya sebagai situs pembakaran jenazah, dimana lobang pertama digunakan untuk memasukkan jenazah dan lobang kedua untuk mengambil abunya.
Baca Juga: Istano Basa Pagaruyung, Wisata Sejarah yang Wajib Dikunjungi di Sumatera Barat
Beragam Aktivitas Seru di Candi Muara Takus
Di kompleks Candi Muara Takus, terdapat beberapa candi yang meskipun terpisah, tetap berdekatan dan berada dalam satu area yang sama.
Kompleks ini meliputi Candi Tuo, Candi Palangka, Candi Mahligai, dan Candi Bungsu, masing-masing dengan desain arsitektural yang unik dan khas.
Para wisatawan dapat berjalan mengelilingi candi-candi ini untuk mengapresiasi keunikan arsitektur yang masing-masing bangunan tampilkan.
Di samping itu, mereka juga bisa menemukan tempat teduh atau beristirahat di bawah kanopi pepohonan yang rindang yang mengelilingi candi.
Selain itu, pengunjung dapat menikmati suasana senja yang menawan di Candi Muara Takus. Saat matahari mulai tenggelam, langit berubah menjadi jingga, menciptakan suasana magis yang melengkapi keindahan pemandangan sekitar.