Perkembangan Majalah di Indonesia

Pernahkah anda mendengar tentang majalah? Saya kuatir bahwa generasi anak jaman sekarang ini sudah jarang bahkan tidak pernah lagi mendengar kata majalah. Lihat saja di toko-toko umum seperti Alfamart / Indomart, sudah tidak menjual lagi majalah. Kalaupun ada, pastinya di Toko Buku, itupun jumlahnya sangat terbatas, tidak seperti dulu. Nah buat yang belum tahu apa itu majalah, saya akan coba bahas sedikit apa itu pengertian majalah.

Majalah adalah salah satu media cetak yang merupakan kumpulan artikel berita, informasi, iklan dan gambar-gambar yang dijadikan satu buku. Biasanya majalah menyasar target pasar tertentu, yang tentunya isinya menyesuaikan dengan target pasar yang ada. Misalnya jika target pasarnya adalah pecinta otomotif, tentu isi beritanya tidak jauh dari review mobil, harga mobil terkini, dan lain sebagainya. Jika sasarannya adalah perempuan muda, isi artikel-artikel didalamnya tidak akan jauh-jauh dari gosip, biodata artis, tanya jawab masalah percintaan dan sebagainya.

Nah bedanya majalah dengan buku adalah, majalah ini punya waktu terbit yang rutin, misalnya setiap 2 minggu sekali atau sebulan sekali. Tentu beda dengan buku yang hanya diterbitkan sekali. Itulah yang menyebabkan majalah ini menarik, dan penjualannya konsisten karena brand majalah itu selalu mempunyai pelanggan tetap. Perusahaan media majalah dapat terus berjalan, selama ada yang bersedia berlangganan.

Namun sayangnya akibat perkembangan teknologi informasi, yaitu teknologi internet banyak perusahaan majalah memilih untuk gulung tikar. Mengapa demikian? Pasalnya adalah karena pelanggan majalah semakin lama semakin sedikit. Dengan teknologi sekarang ini orang dapat dengan mudah mengetikkan kata di google, maka semua informasi yang dia butuhkan dapat tertampil dengan mudah.

Mungkin ini bukan hal yang disangka-sangka 15 tahun lalu ketika majalah cetak lagi jaya-jayanya. Tapi kenyataannya ini terjadi lo dan tidak dapat dihindari. Di dunia online pun nama majalah online saya rasa sudah jarang terdengar. Sebabnya adalah karena seharusnya pengertian majalah online adalah terbit rutin setiap waktu tertentu dan penikmat majalah harus membayar biaya bulanan untuk mendapatkan setiap terbitan terbaru. Kenyataannya pada masa ini, informasi menjadi begitu gratis sehingga tampaknya tidak mungkin untuk menarik biaya berlangganan untuk mendapatkan informasi melalui majalah online.

Google memang memudahkan orang mendapatkan informasi tapi pada kenyataannya adanya google juga mematikan usaha majalah baik majalah cetak maupun majalah online. Agaknya ini bukan salah google, tapi memang perkembangan jamanlah yang pada akhirnya membuat hal ini terwujud. Mau tidak mau, suka tidak suka pemilik bisnis harus beradaptasi dengan perkembangan teknologi jika ingin tetap eksis di masa sekarang ini.

 Lantai bagaimana dengan perusahaan percetakan majalah? Masih jalan? Harus diakui bahwa pasar majalah cetak semakin sempit. Mereka yang masih mencetak majalah adalah perusahaan-perusahaan yang ingin memberikan informasi gratis kepada klien atau calon klien. Misalnya saja sekolah-sekolah yang membuat tabloid cetak untuk dibawa pulang oleh siswa ataupun orang tua siswa pada waktu kenaikan kelas, lalu rumah sakit – rumah sakit yang hendak cetak tabloid kesehatan di percetakan offset FAMOUS Surabaya dan menaruhnya di ruang tunggu, sebagai bacaan buat pasien ataupun para penunggu pasien. Tentunya ini tidak lagi berbayar seperti majalah pada umumnya, namun diberikan gratis sebagai ajang promosi.